‘Merona…’ ia kah yang
menempati hatimu ? sehingga hatimu pun ikut merona ?
‘Kesyahduan…’ ia kah yang teriring dalam hatimu ? Sehingga turut hati bertutur syahdu, berlinang haru ?
‘Cinta…’ ia kah yang terkotak dalam wujudnya? Sehinggga tiada dirinya, maka tiada cinta?
‘Kebaikan…’ ia kah yang menjadi sandaran hatimu? Sehingga merana, menghiba hatimu padanya?
‘Kesyahduan…’ ia kah yang teriring dalam hatimu ? Sehingga turut hati bertutur syahdu, berlinang haru ?
‘Cinta…’ ia kah yang terkotak dalam wujudnya? Sehinggga tiada dirinya, maka tiada cinta?
‘Kebaikan…’ ia kah yang menjadi sandaran hatimu? Sehingga merana, menghiba hatimu padanya?
Pertanyaan
tiada berkesudahan merenggut fikiran seorang hamba. Kian persoalan merapat pada
Yang Dihamba, maka semakin jelaslah, mengapa dan siapa pada hakikatnya.
Layaknya, permintaan hati seorang hamba yang tetap ingin hatinya sehat. Yaitu suatu kondisi yang mampu membuatnya terbebas dari celah-celah kemaksiatan.
atau, layaknya permintaan hati seorang hamba yang ingin hatinya menjadi salah satu mahar ke Syurga-Nya.
Namun, bagaimanakah ?
Layaknya, permintaan hati seorang hamba yang tetap ingin hatinya sehat. Yaitu suatu kondisi yang mampu membuatnya terbebas dari celah-celah kemaksiatan.
atau, layaknya permintaan hati seorang hamba yang ingin hatinya menjadi salah satu mahar ke Syurga-Nya.
Namun, bagaimanakah ?
Tersebutlah…
Pemikat Jiwa.
Siapakah engkau
duhai Pemikat Jiwa? yang telah
banyak meronakan hati, mengalirkan kesyahduan, membangkitkan cinta, menyemai
kebaikan…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa? yang mampu
menghitung nafas-nafas kami, menemani kami disaat kami terbuang zaman,
merangkai padu pada lautan kesejatian hidup…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa? yang telah
memilihkan kami cinta hakiki, agar kami tiada buta oleh cinta-cinta, agar kami
tidak merayukan cinta…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa…?
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa…?
Allah,
Bermuara
tanya pada-Mu,
Dan satu jawab dari-Mu, Cinta-Mu telah memikat kami. Meski kelalaian mengejapkan mata, atau telinga mendengar ketulian, namun fitrah hati kami berujar…Cinta-Mu…
Dan satu jawab dari-Mu, Cinta-Mu telah memikat kami. Meski kelalaian mengejapkan mata, atau telinga mendengar ketulian, namun fitrah hati kami berujar…Cinta-Mu…
Maka, izinkanlah seluruh jiwa seorang hamba pada-Mu berdzikir,
“Yaa Allah Engkau telah memberikan cinta keluarga, kerabat, rekan-rekan meski terkadang kami jarang memintanya, maka janganlah Engkau jauhkan dari kami cinta-Mu padahal kami teramat sering memintanya…
“Yaa Allah Engkau telah memberikan cinta keluarga, kerabat, rekan-rekan meski terkadang kami jarang memintanya, maka janganlah Engkau jauhkan dari kami cinta-Mu padahal kami teramat sering memintanya…
Yaa Allah…berilah kami cinta-Mu, dan cinta orang yang
cintanya memberi kebaikan pada kami disisi-Mu.Yaa Allah… apa yang Engkau
berikan pada kami dan kami cintai, maka jadikanlah itu kekuatan bagi kami untuk
melakukan apa-apa yang Kau cintai…
Yaa Allah.. apa yang Engkau jauhkan dari kami atas apa yang kami cintai, maka jadikanlah itu kelapangan kami mendapatkan apa- apa yang Engkau cintai… ”
Yaa Allah.. apa yang Engkau jauhkan dari kami atas apa yang kami cintai, maka jadikanlah itu kelapangan kami mendapatkan apa- apa yang Engkau cintai… ”
Duhai Hati seorang
hamba, ingatlah hadits istimewa ini, semoga membuat hatimu selalu terpikat
pada-Nya, menjadikan penutup celah-celah kemaksiatan, bahkan lebih dari itu….
Semoga menjadikan hatimu sebagai mahar ke Syurga-Nya.
“Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan kesadaran beragama, kecuali kepada yang Dia cintai. Maka barangsiapa diberi kesadaran beragama oleh Allah, berarti ia dicintai oleh-Nya” (HR. Imam Ahmad, Al-Hakim dan Baihaqi)
Semoga menjadikan hatimu sebagai mahar ke Syurga-Nya.
“Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan kesadaran beragama, kecuali kepada yang Dia cintai. Maka barangsiapa diberi kesadaran beragama oleh Allah, berarti ia dicintai oleh-Nya” (HR. Imam Ahmad, Al-Hakim dan Baihaqi)
- Bumi Impian, 21
Oktober’12 -