Rabu, 11 Desember 2013

Menggapai Impian : Aku dan Negeri Seribu Menara


Assalamu'alaikum wr wb,

 Ikhwah fillah dimanapun antum berada, semoga semangat merangkai cita-cita hingga menggapai Firdaus-Nya kian hari kian berkobar. Alhamdulillah telah hadir karya kami bersama  dan dibantu oleh Penerbit Asrifa yaitu "Menggapai Impian (Dream, Believe, and make it Happen)"
Apa yang kami sajikan disana adalah kisah nyata penulis dan beberapa puisi. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua dan penambah amal jariyah kami. 

Ohya, salah satu contoh kisah nyatanya adalah ini


 "Aku dan Negeri Seribu Menara" 
Goresan Pena: Lina Dewanto


“Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangan merasa tidak mampu " Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim ini selalu bergelayut dipikiranku. Seumpama sebuah nutrisi ruhani yang membisikan pada diri "Ayo…kamu pasti bisa ! Jangan takut! Ingatlah, Allah selalu bersama para pejuang ! "
Bermula pada sebuah pohon impian yang ku gambar. Aku masih berusia 15 tahun kala itu. Seperti biasa setiap seminggu sekali aku dan teman-teman rohis mengikuti mentoring keislaman di sekolah ku. Pada hari itu, kakak mentorku mengajak kami untuk memiliki rencana-rencana yang jelas dalam meraih cita-cita. Karena sudah sepatutnya seorang muslim memiliki visi dan misi yang kokoh agar ia tidak terombang-ambing arus dunia. Aku tuliskan bahwa aku ingin paham Al-Quran dan hadits. Bagiku meskipun aku bersekolah di sekolah negri tapi tak ada halangan untuk setiap muslim paham Islam. Apalagi fasilitas untuk mengetahui keilmuan semakin banyak.
Maka ku perjelas impian itu. ‘Dimana dan kapan’ kah aku harus menempuhnya. Setelah dua tahun mengikuti les Bahasa Arab, banyak ustadz menyarankan agar aku menempuh cita-cita di Universitas Al-Azhar. Univesitas tertua di dunia yang banyak melahirkan ulama-ulama hebat. Universitas tersebut letaknya di Mesir. Pastinya sangat jauh dari rumahku. Mesir sangat istimewa sehingga dijuluki Negeri Seribu Menara. Dikarenakan disana banyak berdiri masjid-masjid dan memiliki banyak pengajaran Islam. Tentunya yang bisa masuk kesana telah melewati rangkaian tes yang tidak biasa. Sempat hati berujar ‘Bisakah diri ini seperti mereka yang telah lama di pesantren. Yang tentunya telah mahir dengan muhaddatsah (percakapan), dan yang paling penting telah mahir qiroah (baca) buku-buku bahasa arab gundul ?’ Meski banyak kehawatiran yang berkecamuk di hati, akhirnya ku mantapkan hati dan berusaha memantaskan diri untuk bisa berkuliah  di Universitas Al-Azhar pada tahun 2011.
Usai bangku sekolah di SMA pada tahun 2010, ku melanjutkan pemahaman bahasa arab di Ma’had Al-Imarat. Disanalah doaku dikabulkan oleh-Nya. Aku diperkenalkan lembaga yang bisa membantuku dalam menempuh perjalanan panjang ini. Tepat di akhir tahun 2010, ku mendaftarkan diri di MUMTAZA yaitu lembaga perjalanan ke luar negeri yang membantu anggotanya untuk mudah dalam menjalani tes masuk Univ. Al-Azhar. Selain itu doa yang Allah kabulkan adalah, aku tidak perlu mengikuti UN di salah satu pondok pesantren lantaran ijazah SMA ku pada tahun 2011 sudah bisa diterima. Bulan Mei ku mendapatkan kabar bahwa akan ada tes masuk beasiswa Univ. Al-Azhar di Kedutaan Besar Mesir di Jakarta. Dengan bekal seadanya maka ku beranikan diri mengikuti tes. Tes ini aku jalani agar aku mengetahui sudah sejauh apakah kemampuanku.
Subhaanallah, setelah selesai mengikuti tes tersebut serasa ada lecutan baru dalam menapaki cita-cita. Meskipun belum ada pengumuman hasil tes tersebut namun mengingat pemandangan ratusan orang-orang yang berduyun-duyun agar bisa lolos tes masuk, para syeikh yang ramah membuat ku ingin segera bergegas paham materi-materi yang akan diujikan di tes masuk non-beasiswa berikutnya. Ku perketat waktuku dengan banyak membaca, dan menghapal Al-Quran. Beberapa bulan kemudian setelah banyak mencari info perkuliahan lewat jejaring sosial tiba-tiba ada berita yang nyaris membuat ku putus asa. Karena kemelut Mesir akibat menurunkan Presiden Mubarok belum usai sehingga Mesir masih memanas, tes masuk non-beasiswa yang harusnya dilaksanakan antara bulan Juni dan Juli diundur entah kapan.
Sejak saat itu ku menuliskan doa agar Kemenag segera melaksanakan tes yang diundur tersebut di Note Facebook dan menge-tag rekan-rekan seperjuangan dan orang-orang shalih yang ku kenal. Alhamdulillah banyak yang memberikan doa. Sampai masa itu tiba tepat sebelum ujian tanggal 12 September 2011 kami anggota MUMTAZA dikarantina selama seminggu untuk menerima pengarahan dan pemantapan tes masuk. Jumlah kami 30 orang dan diantara mereka semua rasanya diri ini yang paling tidak tahu apa-apa. Masya Allah aku kagumi mereka. Ada yang pernah mencoba tiga kali tes masuk, ada yang telah merayu orang tuanya sedemikian rupa agar diizinkan, ada yang harus membuat proposal bantuan biaya dahulu dan sebagainya. Keluargaku pun bukan termasuk golongan yang mudah mengeluarkan uang Rp 10.500.000 sebagai biaya akomodasi dan lainnya. Namun ku yakini jika ku lolos pastinya Allah sudah menyiapkan rizki akomodasi dan kebutuhan ku disana.
Usai ku mengerjakan tes ada kehawatiran karena tes ke dua rasanya banyak jawaban yang belum sempat terjawab lantaran waktu yang begitu singkat. Selama menunggu hasil tes, ku pasarahkan pada Allah. Kemudian di sore hari...........................*

Untuk mengetahui kisah lengkapnya, dan kisah hebat lainnya silahkan pesan ke Penerbit Asrifa ya :)

Baca Selengkapnya... Read More..

Rabu, 20 November 2013

Pesan Cinta Untukmu Ukhti : Yang Kami Panggil Bidadari Semesta

Assalamu'alaiki yaa ukhti fillah al-mahbuubah ...
Alhamdulillah buku kami sebagai persembahan cinta untuk sesama kaum hawa telah hadir. Bertajuk " Pesan Cinta Untukmu Ukhti " Berisi kumpulan cerpen dan puisi yang insya Allah menggugah hati. Ahlan yang ingin pesan bisa menghubungi penerbit Asrifa :).
Dan salah satu contoh puisi cinta kami untuk akhawat adalah ini :)
Yang Kami Panggil Bidadari Semesta
Goresan Pena : Lina Dewanto

Duhai  Bidadari Semesta, masih ingatkah ?
Setiap detik mengumpulkan menit dan menit  menghimpun jam.
Ribuan titisan Hawa menyambung nafasnya di dunia.
Persinggahan sementara yang menawarkan telaga Kautsar ataukah fatamorgana dunia.
Siapa aku ? Siapa engkau ?
Penduduk langit dan bumi menyeru kita  ‘Duhai Bidadari Semesta !’

Duhai Bidadari Semesta, kemarilah !
Kita dengarkan seruan langit…menyanjung aku dan kau,
‘’Rupamu seumpama Mariah Al-Qibtiyah,
penaka bermata yakut , maka sucikanlah ia dengan ayat-ayat-Nya.
Lidahmu adalah pusaka marjan, maka kibaskan ia dengan lantunan kebaikan.
Bubuhkan jilbab terjulur sebagai mahkotamu , tolaklah pakaian jahannam.
Pesona tubuhmu tak pantas kau pasarkan pada mata-mata nakal di jalanan.
Sungguh mengerikan mereka yg kelak dicambuk
karena menggadaikan tubuh indahnya, menyuguhi mereka lenggokan lekuk badanmu.
Dan janganlah tanggalkan cermin hatimu, karena pengejawantahanmu terlahir darinya!”
Duhai Bidadari Semesta, Sang Pemilik Keindahan telah memilih kita.
Menghadiahkan adnan yang sempurna tak ternilai.
Kemah-kemah mutiara tersimpan kokoh disana menanti jiwa raga suci pemiknya.
Gelang perak, sutera menambah keanggunan gaun kita.
Bahkan menambatkan kita pesona hati.
Karena bagi-Nya tak ada ragu dalam sempurna cipta rupa manusia.
Dan…jika aku dan kau bertanya ‘Mengapa ?’
Karena kita adalah Bidadari Semesta ,

yang hanya pantas bertahta di Surga-Nya.
Baca Selengkapnya... Read More..

Rabu, 23 Oktober 2013

Janji-Mu


            Dakwah ini kembali diguncang. Dijadikan kehinaan, disikut oleh para zhalimiin yang geram dengan mereka yang tidak berharta banyak namun senantiasa bisa memakmurkan orang lain. Yang murka pada mereka saat tangan-tangan sederhana mampu menyelamatkan perdagangan kemiskinan. Bahkan merekapun mulai gusar  tatkala pemimpin hebat itu dikaruniai pandangan jauh sehingga segala kebobrokan zhalimin mulai mencuat. Demi menutupi kebusukan munculah strategi kotor para pendusta itu.  Mantel jabatan, situs-situs ‘keren’ memanipulasi data hingga seolah-olah tak ada kebenaran yang tersisa. Kerjasama kebathilan menjadi trend yang tak berujung. Mewarisi tawa diatas penderitaan orang lain.”Asalkan kami kaya, tak apa yang lain miskin, kami harus menang mereka harus menderita”
“Sampai kapan sihir mereka berakhir?” Ujar seutas hati. Ah, tersadarlah ia bahwa bukan hanya sekarang saja pergolakan umat ini diuji. Dari mulai penggergajian tubuh seorang hamba shalih, perebusan keluarga dakwah dalam air mendidih sudah kami ketahui. Darisanalah permulaan para ahli zhalim mulai mengkafirkan pemikiran masyarakat.  ‘Lihatlah, risalah Islam membuat mereka menderita !! Lihatlah, mereka lemah !!’  Teriak si penggergaji dan perebus orang-orang shalih.  Darisana makian mereka belum berakhir. Bahkan ketika wafat para khalifah Allah, ketakaburan mereka semakin menjadi-jadi . “Lihatlah pengikut Muhammad berakhir seperti mereka! Terbunuh…tertindas oleh kami. Siapa yang masih percaya Muhammad??”
Lalu, apakah teriakan mereka bermanfaat? Hebatnya Allah, semakin mereka berteriak, semakin banyak pengikut setia Nabi Muhammad. Semakin sering umat diperangi, maka tak henti para Mujahid-Nya berjuang, melahirkan mujahid-mujahid baru yang setia. Allahu Akbar!!
Ah, ternyata kuat sekali visi dan misi mereka. Tidak lagi dengan gergaji dan air yang mendidih. Penyiksaan bertubi-tubi dilakukan dengan tayangan, mode yang menggiurkan, pencucian pemahaman dan lainnya. Lihatlah busana yang dikatakan islami itu!Pernahkah diperiksa apa benar yang melabelkan benar-benar bermaksud Islami? Lihatlah makanan-makanan yang dikatakan bergizi itu! Waspadai kehalalannya kalau engkau masih berminat masuk Surga! Lihatlah berita itu! Benarkah sumbernya? Lihatlah following, tweet dan retweet pemahaman anak muda sampai orang tua jaman sekarang. Mulai memisahkan agama dari sekolah, menjadikan kebenaran seolah-olah relatif! Na’udzubillah min dzalik.
Ya, Allah…kami memohon ampun-Mu lantaran kelemahan kami, umat tanpa sadar diinfeksi oleh virus kekafiran. Namun dari kelemahan kami ini terdapat sumber kekuatan untuk selalu bersandar pada-Mu. Darisanalah kami selalu tersadarkan bukan karena kami, hidayah itu turun. Namun hanya Engkaulah yang bisa meluruskan mereka. Dari kelemahan kami pula kami selalu ingin berjaga, merapatkan barisan, menguatkan strategi, meraup segala ilmu agar mendapatkan kunci pemudah, agar tidak terbodohi oleh semak kebencian mereka.
                Benarlah decak kagum para ulama ketika mengkaji para Nabi Allah, para khalifah Allah, para da’i. Yang ‘terlihat’ mengenaskan demi memperjuangkan kebenaran telah kehilangan anaknya, mendekam di penjara, menjadi buronan penguasa zhalim, kehilangan keluarga, difitnah, dibunuh. Namun mereka tidak mengeluh. Mereka yakin bahwa iman kepada Allah memang menghendaki perjuangan, pengorbanan yang tidak sia-sia dan keteguhan hati. Mereka tidak terlalu menuntut kemenangan lahir, karena yang penting adalah kemenangan bathin. Mereka memikul beban berat namun mulia dan berbuah keindahan abadi. Semakin mereka mencintai Allah, mereka semakin membuktikan pada Allah dengan segala amalan yang terbaik. Semakin mencintai jalan ini semakin yakin pulalah pada janji-Mu. Hanya janji-Mu lah yang menenangkan kami.
‘Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan’At-Taubah :20.
Indonesia, Dalam penuh harap

                
Baca Selengkapnya... Read More..

Rabu, 11 September 2013

Pemikat Jiwa


 Merona…’ ia kah yang menempati hatimu ? sehingga hatimu pun ikut merona ?
‘Kesyahduan…’ ia kah yang teriring dalam hatimu ? Sehingga turut hati bertutur syahdu, berlinang haru ?
‘Cinta…’ ia kah yang terkotak dalam wujudnya? Sehinggga tiada dirinya, maka tiada cinta?
‘Kebaikan…’ ia kah yang menjadi sandaran hatimu? Sehingga merana, menghiba hatimu padanya?
                Pertanyaan tiada berkesudahan merenggut fikiran seorang hamba. Kian persoalan merapat pada Yang Dihamba, maka semakin jelaslah, mengapa dan siapa pada hakikatnya.
Layaknya, permintaan hati seorang hamba yang tetap ingin hatinya sehat. Yaitu suatu kondisi yang mampu membuatnya terbebas dari celah-celah kemaksiatan.
atau, layaknya permintaan hati seorang hamba yang ingin hatinya menjadi salah satu mahar ke Syurga-Nya.
Namun, bagaimanakah ?

                Tersebutlah… Pemikat Jiwa.
 Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa?  yang telah banyak meronakan hati, mengalirkan kesyahduan, membangkitkan cinta, menyemai kebaikan…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa? yang mampu menghitung nafas-nafas kami, menemani kami disaat kami terbuang zaman, merangkai padu pada lautan kesejatian hidup…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa? yang telah memilihkan kami cinta hakiki, agar kami tiada buta oleh cinta-cinta, agar kami tidak merayukan cinta…
Siapakah engkau duhai Pemikat Jiwa…?
Allah,
Bermuara tanya pada-Mu,
Dan satu jawab dari-Mu, Cinta-Mu telah memikat kami. Meski kelalaian mengejapkan mata, atau telinga mendengar ketulian, namun fitrah hati kami berujar…Cinta-Mu…
Maka, izinkanlah seluruh jiwa seorang hamba pada-Mu berdzikir,
Yaa Allah Engkau telah memberikan cinta keluarga, kerabat, rekan-rekan meski terkadang kami jarang memintanya, maka janganlah Engkau jauhkan dari kami cinta-Mu padahal kami teramat sering memintanya…
Yaa Allah…berilah kami cinta-Mu, dan cinta orang yang cintanya memberi kebaikan pada kami disisi-Mu.Yaa Allah… apa yang Engkau berikan pada kami dan kami cintai, maka jadikanlah itu kekuatan bagi kami untuk melakukan apa-apa yang Kau cintai…
Yaa Allah.. apa yang Engkau jauhkan dari kami  atas apa yang kami cintai, maka jadikanlah itu kelapangan kami mendapatkan apa- apa yang Engkau cintai…
Duhai Hati  seorang hamba, ingatlah hadits istimewa ini, semoga membuat hatimu selalu terpikat pada-Nya, menjadikan penutup celah-celah kemaksiatan, bahkan lebih dari itu….
Semoga menjadikan hatimu sebagai mahar ke Syurga-Nya.
“Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan kesadaran beragama, kecuali kepada yang Dia cintai. Maka barangsiapa diberi kesadaran beragama oleh Allah, berarti ia dicintai oleh-Nya” (HR. Imam Ahmad, Al-Hakim dan Baihaqi)
               
- Bumi Impian, 21 Oktober’12 -


Baca Selengkapnya... Read More..

Sepanjang Perjalanan


Ku bisikan padamu…
rindu menyala menggebu
menggamit kalbu agar segera bertemu.
Biarpun lelah mengundang airmata…
Biarpun tersiksa menapaki paruh waktu…
pada jalan ini, semoga ucap-Mu pada mereka kelak hadiah untukku jua :
“Selamat atas kecintaanmu menjadikanmu bersama Ahli Surga”

            Sekian jam, menit, detik merekam bisu perjalanan ini. Lima tahun lalu jiwa dan raga terpisahkan cukup lama. Jiwa mencari mereka yang telah lama berpijak dalam kenikmatan tiada  akhir. Sedangkan raga masih tetap diam, tak paham pada hakikat mengapa setiap sel harus ada. Ku pandangi mereka dalam memoar-memoar  pinus. Urat-urat yang tak pernah istirahat, denyut nadi yang selalu berdzikir, mata yang tak pernah benar-benar terlelap. Allah… bisakah aku seperti mereka? Yang disinyalir  jadi hamba-mu yang khusyu’, yang selalu malaikat-malaikat-Mu mendoakannya, bahkan kau sebut-sebut ia di depan mahluk-mahluk-Mu “Duhai Ahli Surga…”
Ada langkah diri ini yang tak sesuai, cermat yang terabaikan, kegigihan yang terlantar menyapu sikap gesit dan tegas. Namun berulangkali  Kau beserta keagungan-Mu mengirim jutaan Malaikat-Mu agar hati ini mudah menerjemah setiap pertanda-Mu.
Masih dalam ingatan para perindu surga, sosok Da’i yang telah lama membimbimg kami dalam kelas ushul da’wah menasihati kami akan perlu cermatnya memahami Al-Quran, hadits, fiqh, dan siirah. Dengan komponen tersebut cahaya keimanan kita semakin bertambah, hidup semakin terarah bahkan tak akan ada celah-celah kebingungan. Karena seperti nasihat Ulama, seringnya karena ketidaktahuan dan kebingungan kitalah kita terjerumus pada nista bisikan syeithan. Na’udzubillahimin dzaalik.
Hari yang berlalu, Allah mempertemukanku kembali pada perjumpaan para perindu Surga. Ruangan kali itu tidak luas. Namun berjejal kami hadir untuk tentunya lebih dari sekedar rindu . Beliau dengan kerendahan hatinya Allah karuniakan kemampuan menjadi seorang novelis Islam, sutradara dan dan motivator kami. Kemampuannya merenda kata sehingga bagi saya pribadi setiap beliau berda’wah selalu ada hal baru yang padahal sebetulnya pernah kami pelajari namun serasa ada bumbu ilmu baru. Pernah tersiar kabar beliau mengisi di Bumi Gingseng, membakar semangat para ribuan hadirin yang telah dilanda kebekuan minus tujuh derajat celcius. Suhu dingin ternyata mampu beliau kalahkan. Nasihatnya sederhana namun mendalam. Dan ku mendengar lagi hari itu yang kurang lebih terdengar dihati seperti ini, “Sudah sepatutnya salah satu tugas da’wah kita adalah mengabadikan jejak-jejak perjuangan para nabi dan orang-orang shalih. Agar keturunan-keturunan kita mengetahui risalah yang benar. Karena alangkah meruginya bila tanpa sadar mereka yang membenci kita sudah mulai memalsukan berita kecil hingga berita besar. Apalagi sejarah Islam yang membuat mereka gemetar takut akan kebenarannya” Semoga diri yang lemah ini beserta para pejuang, termasuk orang-orang yang menjaga situs-situs, naskah-naskah risalah-Mu. Dan semoga kami masih memiliki usia yang berkah untuk berguru pada ustadz (hafizhahullahu) Habiburrahman El-Shirazy seperti hari itu.
Kembali lagi pada memoar detik-detik bersama pecinta ilmu (dan semoga bersama mereka menjadikan diri ini terlimpah ilmu yang berkah). Tentunya pernah bahkan sering ada ketakutan ketika hendak memahami dengan benar rangkaian bahasa arab. Terutama ilmu Ma’rifaat dan ilmu ruh bahasa . Sempat merasa tidak yakin akan lekas paham ilmu tersebut. Pernah suatu hari saya duduk di kursi yang paling belakang yaitu barisan ke lima belas. Dan saat itu ujian ilmu Ma’rifaat. Kelas memang super padat dari biasanya dan tak menduga sampai duduk terbelakang. Ternyata kelas tersebut disatukan dengan kakak kelas yang masih ada kewajiban dengan mata kuliah tersebut. Singkatnya pada saat itu haru biru menghampiri. Alhamdulillah soal-soal yang disuguhkan oleh Dosen kami adalah soal yang bisa renyah dinikmati bila sebelumnya kita latihan. Bersyukur pula pada-Nya teman seperjuangan mengajak memperdalam ilmu (semoga aku dan engkau istiqomah yaa habibty) tersebut jauh hari saat awal mengenal bab-bab baru. Darisanalah saya jatuh bangun memahami itu. Memang sangat terasa buah nasihat kakak-kakak pembimbing dan Asaatidz hafizhahumullahu. Darisanalah Allah melecut saya untuk tidak pernah takut lagi. Toh Milayaran buku pemahaman telah Dia sediakan, kakak-kakak pembimbing, teman-teman, Asaatidz bisa menjadi washilah diri kami untuk selalu paham. Apalagi tentunya Allah selalu bisa memudahkan setelah badai kesulitan menerpa. Allahumma dzakkirnaa minhu maa nasiinaa…wa ‘allimnaa minhu maajahhilna.
Belum kekagumanku selesai pada para perindu Surga, Allah menghidangkan kami muhasabah pada sebuah majelis ‘ilmu. Semakin terasa kerdilnya diri ini. Sudahkan Surga menjadi azzam setiap saat sama seperti mereka? Sudahkah amalan ini menggunung bak Abu Bakar yang dikabarkan amalannya bila dikumpulkan melebihi  Dunia? Sudahkan menjalani step by step menjadi bidadari semesta seperti hakikat penciptaan wanita yang hakiki? Sudahkah menyingkirkan batu-batu neraka jahannam dari keluarga? Sudahkah mengamalkan setiap ilmu ?
Allah bertubi-tubi Kau berikan kami nikmat-Mu.
Gemetar malu bila kebodohan kami menjauhkan kami dari-Mu.
Hilangkanlah waktu kesia-sian kami, ampunilah kami.
Cerahkanlah hati kami agar senantiasa beramal hingga ujung usia
Tuliskanlah bagi kami takdir terindah saat Kau menjemput kami.
Dan masukilah kami ke dalam Firdaus-Mu. Aamiin

Memoar dan Muhasabah menapaki cahaya di Bumi Impian,
September’2013






Baca Selengkapnya... Read More..

Jumat, 08 Februari 2013

Dialog Cemburu

Kau tahu...?
Ku berfikir dalam detik cemburu.
Entah berapa banyak.
Hanya saja kemudian layu namun tak redup.

Tahukah kau...bisu?
menyahutmu terdalam.
Tahukah kau .. buta?
memandangimu tak terbias.
Tahukah kau....tuli?
menyimakmu hingga suaramu terhenti.

Allah...., dialog cemburuku
memilih mataku untuk tak terpejam
menatapnya lebih lekat

hingga bola kristal diujung mataku tak tertahan lagi.

Allah..., dialog cemburuku

membisikkan kejernihan...
"Hati tak pernah berdusta"
Baca Selengkapnya... Read More..

Minggu, 03 Februari 2013

Malaikat-Malaikat-Nya


“Ketika tak adanya penyejuk mata, pemanja rasa siapakah yang dititipkan oleh Allah untuk menjaga?  

ketika bising dunia terlalu memekakkan telinga, siapakah yang menjadi tempat nasihat yang syahdu?

ketika mentari hilang dari peraduannya, malam-malam menjadi tersepi, siapakah yang akan menerangi?

ketika kelelahan akibat pendakian, yang terlihat hanyalah tikungan terjal, siapakah menjadi tempat istirahat?

ketika panas tubuh memerahkan pipi, tulang-tulang melemah, siapakah yang mendekap ,merawat dengan lembut?

ketika jurang syeitan mencoba mendekati, bersiap untuk menyesatkan, siapakah yang menghalau dan mengingatkanmu?

Bahkan ketika jarak membentang teramat jauh, terpisahkan benua dan samudera sekalipun, siapakah yang tetap setia berdoa menyelipkan nama ini menjadi doa yang utama sehingga mengharapkan yang terbaik?”     

Maka Sang Pemilik jiwa ini menitipkan malaikat-malaikat-Nya bernama keluarga. Yang siap menjaga, menasihati, menopang, menyelipkan nama ini disetiap kidung doa mereka. Bahkan lebih dari itu. Memikirkan harimu , esokmu dan saterusnya….

(Bumi Impian, 26 Januari 2013)
Baca Selengkapnya... Read More..

Terrace



Sejak kata-kata berjatuhan, yang terdalam,
maka tak terhitung purnama terrace merajai.
Mengapa terrace begitu indah dinda?

Sejak pena-Nya, yang terdalam,
maka melekat tak menjemukan
mari saling mengartikan…
bukankah terrace menjadi saksi bisu?

kemudian, pada terrace
seperti biasa
segelas susu coklat dan roti bakar
ku sediakan hanya untukmu



(Bumi Impian, 19 Jan'13)
Baca Selengkapnya... Read More..